Sinopsis Syair Panjang Aceh (Syahie Panyang Aceh)

Syair Panjang Aceh

Fikri adalah seorang anak tunggal dari salah satu petinggi GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Fikri melewati masa-masa pergolakan ketika terjadi perjanjian antara GAM dengan TNI di Helsinki. Fikri yang tumbuh dengan semangat berjuang, yang tidak ia mengerti, mulai bertanya-tanya tentang segala hal yang terjadi pada Aceh, tanah yang ia cintai. Ia senantiasa terganggu dengan perang dan kepentingan-kepentingan terselubung yang mewarnai perjuangan kaumnya, namun dilain pihak juga senantiasa berkobar-kobar memperjuangkan nasib tanah Aceh. Hari-hari Fikri penuh dengan kejahatan kemanusiaan baik dari pihak GAM maupun TNI.

Sebagai anak tunggal salah satu petinggi GAM, Fikri punya akses khusus untuk mengetahui perjuangan para petinggi GAM diluar negeri yang ternyata bertolak belakang dengan apa yang ia dan teman-temannya lakukan di tanah Aceh. Tsunami di aceh memberikan keleluasaan kepada semua, karena memberi keleluasaan untuk turun gunung. Semua mata dan perhatian berpusat kepada para korban gempa. Hampir semua korban gemppa menolak pemberian uang karena yang mereka butuhkan adalah makanan dan air bersih.

Tenda-tenda pengungsian korban makin berwarna-warni. Beberapa tenda yang bolong mesti ditambal agar tidak bocor bila hujan. Beberapa anak kecil tenggelam dalam dalam permainan di halaman kosong, mereka bermain apa saja yang dapat membuat mereka senang. Permainan mereka terhenti ketika melihat rombongan GAM melintas di pengungsian. Dilihat dari pakaian mereka, taka da yang mencirikan sebagai tentara sama sekali. Mereka memakai t-shirt, jeans, jaket, sebagaimana remaja kota saat ini. Beberapa meneriakkan yel-yel, ada juga yang mengacungkan jari tanda kemenangan. Anak-anak kecil di pinggir pengungsian dengan antusias berjajar di pinggir jalan, melihat rombongan GAM itu lewat.

Share this post